KEBAHAGIAAN menjadi penulis buku telah kita miliki. Kini buku telah berada dalam genggaman. Kita telah menghasilkan tiga produk buku: fiksi, nonfiksi, dan buku teks. Lalu, bagaimanakah langkah kita selanjutnya? Cukupkah kita berbangga dengan kumpulan kertas bertulis itu? Tentu saja tidak. Kita harus memasarkan buku-buku itu. Buku-buku itu harus dibaca, dimiliki, dan dibeli orang lain. Cukuplah kita menyimpan 5 buah untuk setiap jenisnya. Tentu itu bertujuan untuk koleksi perpustakaan dan dokumentasi pribadi. Lalu, bagaimanakah strategi pemasaran buku?
Menurutku, ada tujuh strategi pemasaran buku. Ketujuh strategi itu adalah memanfaatkan media elektronik, memasang iklan, mengadakan bedah buku, menggelar konferensi pers, mengadakan komunikasi dengan resensator, memanfaatkan kolega, dan memanfaatkan kesempatan.
Memanfaatkan Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan kelistrikan melalui pemanfaatan gelombang atau frekuensi tertentu. Artinya, media elektronik dapat meliputi televise, radio, internet, dan email. Strategi pemasaran buku dapat menggunakan semua jenis itu. Pemanfaatan televise dan radio dilakukan dengan pemberitahuan tentang produk kita. Pada kesempatan tertentu, televise dan radio kadang membutuhkan buku-buku tertentu sebagai referensi acara. Kita tidak perlu malu untuk berkunjung ke studio. Kita tidak bermaksud mencuri. Justru kita bertujuan membantunya. Lalu, tunjukkan karya-karya kita. Biasanya mereka menyambut hangat kedatangan kita.
Melalui internet, kita dapat memasarkan buku-buku itu melalui blog pribadi dan atau keroyokan, seperti di sini: kompasiana. Menurutku, admin kompasiana mengizinkan kita selagi memang itu buku yang ditulis kita sendiri. Artinya, kita tidak menjual produk orang lain. Bahkan, menurutku, admin akan merasa bangga karena salah satu anggota keluarganya mampu menulis buku.
Aku pun melakukan hal yang sama. Aku sering memamerkan buku-buku yan kutulis itu. Tentu saja aku bertujuan untuk memotivasi dan menginspirasi pembaca, terkhusus kompasianer. Jadi, aku tidak bermaksud pamer. Semua itu semata-semata bertujuan untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya pandai berteori, bertutur kata. Namun, kita benar-benar telah berkarya nyata.
Memasang Iklan
Strategi ini juga aku lakukan. Aku memasang iklan untuk beragam kegiatan. Ketika anak-anak kampungku ingin mengikuti kompetisi sepakbola, aku menyediakan 18 seragam bergambar bukuku. Lalu, penerbitku pun memasang iklan di beberapa tempat, semisal kalender, blog, seminar dan lain-lain. Iklan memang menjadi pilihan bijak. Dengan beriklan, kita akan memperoleh keuntungan. Memang kita harus keluar biaya untuk itu. Namun, itu pun akan terbalas dengan laju penjualan buku-buku kita.
Mengadakan Bedah Buku
Setiap kesempatan harus dimanfaatkan untuk memasarkan buku.Beberapa waktu lalu, penerbitku mengadakan bedah buku dan pemberian penghargaan bagi tokoh pendidikan di daerahku. Kita mengundang banyak kalangan, baik itu tokoh pendidikan maupun birokrat. Alhamdulillah, acara itu terlaksana lancer. Pada kesempatan yang sama, aku memamerkan produk-produk itu. Ternyata, mereka – para tamu – menyambut antusias buku-bukuku. Bahkan, mereka tak pernah mengira bahwa aku dapat menulis buku sebanyak ini.
Gayung pun bersambut. Mereka berkeinginan untuk menggunakan buku-buku itu di daerahnya. Tentu saja aku menyambut keinginan itu dengan senang hati. Asalkan kita santun bersikap dan gemar berbagi, mereka welcome saja. Bahkan, aku sering diundang untuk dikenalkan dengan guru-guru di daerahnya.
(Sumber : Kompasiana.com)
Leave A Comment